Rabu, 21 Maret 2012

nasihat dalam diamnya


Ayah. Kau lah raja kehidupanku. Wali masa depanku.

Ayah. Dari sorot matamu ku tahu kau rindukanku. Tapi pernah kah kau katakan bahwa sungguh kau sedang sakit karena rindukan gadismu ?

Ayah, airmata ini kembali mengalir saat kutuliskan kembali kata perkata tentangmu.

Ayah, tak pernah kau manjakan kami dengan kemewahan dunia. Kau yang terus ajarkan kami bagaimana hadapi perihnya kehidupan.

Ayah, terus berusaha kuhapus buliran airmata yang kembali menetes di pipi ini. Kerinduan yang tak pernah kita urai bersama. Karena diammu dan diamku pun sudah bisa katakan kalau rindu ini pasti kan pada tempatnya.

Rindu bercanda tawa denganmu, raja kehidupanku.

Kan kugadaikan masa remaja ku tuk dapat kembalikan masa kecilku. Saat aku menjadi qonita pertamamu.

Harapan besar saat aku lahir ke dunia menjadi putri shalihah idamanmu.

Ayah, kembali kau ajarkan ku dalam diammu.

Bagaimana menyelaraskan keinginan yang banyak dengan usaha yang keras.

Ayah, sungguh aku cintakanmu.

Tapi diri ini merasa tak mungkin mengatakan aku cintakanmu, ayah. Berusaha kutahan lelehan air mata ini demi kau, ayahku.

Ayah, terus bimbing aku dalam kehidupan yang pelik ini.

Aku pun selalu berusaha tuk jadi gadis shalihah yang kau harapkan. Selalu berusaha menyelaraskan impianmu miliki menantu hafizh qur’an nan shalih yang pastinya sekufu dengan ku.

Semoga Ia selalu menjaga niat ini agar benar citamu sampai pada hasil yang membanggakan.

Luv u ayah


0 komentar:

Posting Komentar