Sabtu, 21 Januari 2012

Dilema Aktivis Dakwah

Tamparan keras yang kudapatkan dari kakak tingkat satu fakultas saat beliau mengatakan "Kalau Ustadz bergelar Lc itu jelas saja dipercaya. Pantaslah yaa.. Lha kalau ustad yang bergelar S,Gz itu yang dipertanyakan. Pasti ilmunya tidak sedalam ustad yang bergelar Lc karena pengalaman studi keduanya yang berbeda."
dan kakak yang lain pun mengatakan " Orangtua kalian mengirim kalian kesini (universitas) untuk cepat - cepat menyelesaikan studi kan ? Bukan cepat - cepat meraih gelar organisasi terbanyak. Ingat tujuan awal kalian kesini."

Ya,kuakui memang lebih mudah dakwah dengan profesi. Semisal aku,yang nantinya akan menjadi lulusan Ilmu Gizi. Lebih mudah berdakwah melalui profesi ku sebagai ahli gizi. Yang sehari2nya akan bergelut dengan pasien, saat konsultasipun dapat dijadikan sebagai waktu sharing mengenai dakwah. Tidak salah kan ?? malah itu satu peluang bagus. Istilahnya sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Bisa jadi Ahli gizi,bisa juga jadi ustazah to ? walaupun ilmunya tidak semumpuni mereka yang bergelar Lc.

Lalu,apa yang bisa kita lakukan utk menunjang dakwah kita dengan profesi ? Yang dapat kita lakukan adalah menjadi mahasiswa yang prestatif. Tapi yang kini menjadi polemik aktivis dakwah adalah mensinergikan antara nilai akademis dengan kewajiban melanjutkan RisalahNya melalui organisasi kampus. Walau tidak semua aktivis mengalaminya. Tapi sebagian besar iya toh ?! Lalu instruksi ke depan akan seperti apa dalam menanggulangi dilema yang satu ini. Akankah melalaikan salah satunya akan menjadi pilihan ? Padahal keduanya adalah kewajiban yang harus ditunaikan segera.

Masih Dilema


0 komentar:

Posting Komentar