Minggu, 04 Maret 2012

Buku Tere-Liye

"apakah kau akan mati untukku ?" tanya Nayla lirih
"YAKINLAH PECINTA SEJATI TIDAKA AKAN PERNAH MENYERAH SEBELUM KEMATIAN ITU SENDIRI DATANG MENJEMPUT DIRINYA " SANG PENANDAI.
membaca novel ini pembaca harus siap2 memasuki sebuah dunia fantasi, dikuasai oleh panorama
samudera. Gerakannya kolosal, tidak merujuk pada pilar sejarah dan geografi eksak, dengan plot
tak terduga, ribuan capung,Sang Penandai yang tak kenal masa dan cinta Nayla. Semua kita terima sebagai pelangi fantasi
banyak warna novelis Tere-Liye" Taufiq Ismail. Penyair
Bidadari-Bidadari Surga bercerita tentang pengorbanan seorang kakak (Laisa) untuk adik-adiknya (Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta) di Lembah Lahambay agar adik-adiknya dapat melanjutkan pendidikan mereka, meski ia harus bekerja diterik matahari setiap hari, mengolah gula aren setiap jam 4 pagi serta dimalam hari menganyam rotan, meski pada dasarnya keempat adik-adiknya tersebut berasal dari darah yang berbeza dengan dirinya.

Bidadari-Bidadari Surga bercerita tentang pengorbanan seorang kakak (Laisa) untuk adik-adiknya (Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta) di Lembah Lahambay agar adik-adiknya dapat melanjutkan pendidikan mereka, meski ia harus bekerja diterik matahari setiap hari, mengolah gula aren setiap jam 4 pagi serta dimalam hari menganyam rotan, meski pada dasarnya keempat adik-adiknya tersebut berasal dari darah yang berbeza dengan dirinya.

Satu sisi Laisa digambarkan sebagai kakak yang galak dan tegas, mengejar-ngejar adiknya yang bolos sekolah dengan rotan dan ranting kayu. Di sisi lain, kontradiktif dengan fizikalnya yang gempal, gendut, berkulit hitam, wajah yang tidak proporsional ditambah dengan rambut gimbal serta ukuran tubuhnya yang tidak normal, lebih pendek, Laisa sesungguhnya tipikal kakak yang mendukung adik-adiknya, rela mengorbankan diri untuk keselamatan ‘dua anak nakal’ Ikanuri dan Wibisana dari siluman Gunung Kendeng, serta mati-matian mencari ubat bagi menyembuhkan adiknya Yashinta yang diserang demam panas hingga kejang pada suatu malam.
Ayahku (Bukan) Pembohong diceritakan dengan bahasa sederhana yang menghentak jiwa. Ada begitu banyak kearifan yang dapat kita cerap dan menjadi sebuah renungan. Sederhana sebenarnya, Tere Liye seperti ini memberitahu kita tentang kebahagian sejati yang sederhana, cinta keluarga dan hubungan emosional antara orangtua dan anak.

Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.
Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.
Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.


ini novel terbarunya bang tere. Aku aja belum baca, tapi udah punya :D

Setiap kata yang tertulis di novel ini tidaklah sia-sia, semuanya sarat makna. Penjiwaan tokohnya begitu mendalam. Salut dengan Tere Liye yang berhasil membidik kehidupan orang-orang yang ‘termarginalkan’ ke dalam novel-novelnya. Saya hanya merasa klise pada bab-bab terakhirnya ketika seorang Ray bergelimang harta, sampai memiliki ladang minyak (pada awalnya) yang ternyata malah merupakan tambang emas. Dari perjalanan hidup Ray yang tidak memiliki apa dan siapa serta hidup di panti, mengamen sampai menjadi kuli bangunan, rasanya mustahil (jika dalam kehidupan nyata) bisa sesukses itu. (yaelaaah, namanya juga fiksi, terserah doong mau dibikin kayak apa! Iya-iya..). Tapi dengan kerja keras, segala sesuatu memang bisa saja terjadi, meskipun prosentasenya kecil. Dan saya juga menemukan banyak kata-kata ‘menelan ludah’ dalam novel ini. (saya sarankan bagi yang belum membaca dan berniat membaca untuk membawa kalkulator dan menghitungnya, hehe..piss). Over all, novel ini recomended banget buat yang mencari motivasi, kata-kata bijak dan inspirasi tentang kearifan hidup. Dan bersiap-siaplah untuk ‘menelan ludah’ dengan kepiawaian Tere Liye meramu novelnya... :D
Selamat pagi.

Bagiku waktu selalu pagi. Di antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan nafas tertahan.
- Sunset Bersama Rosie
novel ini berlatar belakang tempat jakarta,bali dan lombok yang membuat kepengen kesana. lihat indahnya bali dan lombok. sama rinjaniii ^^

kata penulis, novel ini terinspirasi dr kisah hellen keller yg buta dan bisu. seru bgt,mengharukan akhirnya. :)


0 komentar:

Posting Komentar