Rabu, 17 Oktober 2012

Ketakutan ini


Teruntuk Ummi dan Abi

Terkadang pernah terlintas dalam benak ku suatu peristiwa yang sudah dijanjikanNya, yakni kematian. Takut. Sungguh takut jika diri ini dipanggil kehadapanNya tanpa pernah bisa diri ini suguhkan amalan2 terbaik versi Dia. Namun yang tak bisa dipungkiri adalah takut kehilangan dua malaikat kehidupan ku. Tanpa mereka, siapalah kita. Bangunan dakwah ini kokoh karena pondasi yang diwariskan mereka takkan pernah bisa menggoyahkan bangunan indah dunia akhirat. Ya, pertanyaannya adalah bagaimana jika Ummi ataupun abi sudah saatnya dipanggil sang penguasa kehidupan tanpa pernah kita siap untuk kehilangan mereka.
Ketakutan itu pernah aku ungkapkan pada ummi, yang disana terletak surga. Tapi sungguh, ummi langsung menenangkan hatiku dan mengatakan “ Nak, saat ummi abi tiada maka sesungguhnya Allah swt akan selalu ada kapan dan dimanapun kamu berada”
            Ini kisah perkembangan kami, aku dan ketiga adikku yang lain. Tahun 2010, Saat ummi abi memberitahukan bahwa mereka akan pergi haji pada akhir tahun 2013. Saat kudengar pernyataan itu aku pun terdiam, membayangkan antara siap dan ragu. Apakah ada yang bisa menjamin setelah mengantongi gelar haji mereka akan tetap dapat temani hari2 kami.
            Maka pada perjalanan menuju tahun 2013, kami pun sudah ditempa untuk menjadi anak2 yang mandiri. Kenapa ada ketakutan yang begitu mendalam ? padahal banyak anak2 yang ditinggal orangtuanya mondar- mandir pergi haji dan mereka stay calm. Orangtua kami berbeda. Mereka bukan manajer perusahaan, pns ataupun karyawan yang disana ada tunjangan dan kepastian fasilitasi setelah pensiun. Prangtua kami keduanya wiraswasta. Ini yang membuat aku dan adikku yang kedua berusaha untuk menyamai langkah mereka walaupun kami belum bisa melangkahinya.
            Awal dialog dengan adik laki2 ku yang kini duduk di bangku kelas 3 SMA, bicara mengenai kesiapannya tuk hadapi 2013.
“Mas, kata abi kamu mau usaha toko elektronik ? Gimana tuh ceritanya ? “
Kukira ia akan menutup diri tentang hal ini. Karena jujur, kedekatan kami sebagai kaka beradik bisa dibilang tidak akur karena jarak 3 tahun mewajibkan kita berpisah saat di pesantren. Hanya bertemu sebulan sekali saat ummi abi menjenguk dan membawa kami makan bersama diluar pesantren. Pun perangai kami yang berbeda menimbulkan gap yang lumayan kentara saat kami sekolah di satu pesantren yang sama.
Tapi dari dialog itu aku tahu bahwa sesungguhnya ia tetap jagoan Ummi Abi yang akan memegang kendali saat mereka meninggalkan kami nanti. Sungguh terpana aku dibuatnya, rancangan2 masa depan yang minimal bisa dibuat untuk persiapan mendatang. Hal ini kusimpan lekat dalam memoriku bahwa ia tetap pada fitrohnya sebagai lelaki kedua setelah abi di keluarga kami. Ia anak special yang disiapkan Allah swt untuk membentengi kami jika memang abi tidak di rumah.
            Beberapa hari kemudian aku baru teringat akan dialog yang terjadi diatas motor setelah kepulangan dari rumah nenek. Kulaporkan kembali pada ummi kalau kesiapan kami menyongsong 2013 sudah sampai sejauh ini. Kau tahu kawan ? ummi menangis dibuatnya. Mungkin ummi tidak tega akan meninggalkan kami berempat dalam waktu yang lumayan lama yakni 40 hari dengan bekal yang apa adanya.
            Ummi, Abi. Kini kami telah dewasa. Walau dahulu saat kecil kami sering merepotkanmu, tapi sungguh keinginan untuk hidup mandiri kan coba kami buktikan pada kedua malaikat kehidupan kami.
           
                                                 

0 komentar:

Posting Komentar